Minggu, 27 Desember 2015

Sungguh Allah Sebaik-Baiknya Perencana





Di damaskus, ada sebuah masjid besar namanya Masjid Jami' at-Taubah. Masjid ini adalah sebuah masjid yang penuh keberkahan, di dalamnya ada ketenangan dan keindahan. Sejak tujuh puluh tahun, di masjid itu, ada seorang syekh pendidik yang alim dan mengamalkan ilmunya. Ia sangat fakir, sehingga menjadi contoh dalam kefakirannya, dalam menahan diri dan dalam berhidmat untuk kepentingan orang lain.

Pada saat itu, ada pemuda yang bertempat tinggal disebuah kamar dalam masjid itu. Sudah mulai dua hari ia berlalu tanpa ada makanan yang dapat di makannya. Ia tidak mempunyai makanan atau pun uang untuk membeli makanan. Saat datang hari ketiga,  ia merasa, ia akan mati. Lalu ia berpikir tentang apa yang akan di lakukan. Menurutnya, saat ini ia telah sampai pada kondisi terpaksa yang membolehkannya  memakan bangkai atau mencari makanan sekedar untuk bisa menegakkan tulang punggungnya. Itulah pendapatnya pada kondisi semacam ini.

Atap masjid tempat ia tinggal itu bersambung dangan atap beberapa rumah yang ada disampingnya. Hal ini memungkinkan seseorang pindah dari rumah pertama sampai rumah terahir dengan berjalan di atas rumah-rumah tersebut. Maka, ia pun naik ke atas atap masjid, dari situ ia pindah ke rumah sebelah. Di sana ia  melihat wanita-wanita. Maka ia memalingkan  pandangannya dan menjauh dari rumah itu, lalu ia melihat  rumah yang di sebelahnya lagi. Keadaannya sedang sepi dan ia mencium bau masakan dari dalam. Rasa laparnya bangkit, seolah-olah bau maskan itu magnet yang menariknya.

Di masa itu, rumah-rumah banyak di bangun dengan satu lantai. Maka  ia melompat dari atap menuju serambi. Dalam sekejap ia sudah berada di dalam rumah dan dengan cepat ia masuk ke dapur, lalu ia mengangkat tutup panci yang ada di situ. Dilihatnya sebuah terong besar dan sudah masak. 
 Lalu ia mengambil  satu, karena rasa laparnya, ia tidak lagi merasakan panasnya. Digigitlah terong yang ada di tangannya. Saat mengunyah dan hendak menelannya, timbul lagi rasa beragamanya. Langsung ia berkata, " A'dzu billah" ! aku adalah penuntut ilmu dan tingal di masjid. Pantaskah aku masuk ke rumah orang dan mencuri barang yang ada di dalamnya?.
Dia merasa bahwa ini adalah kesalahan besar. Lalu, dia menyesal dan beristigfar  kepada Allah. Kemudian mengembalikan terong yang ada di tangannya. Akhirnya ia pulang ke tempat semula dan masuk ke dalam masjid. Ketika sampai di masjid ia mendengar syekh yang saat itu sedang mengajar. karena terlalu lapar ia tidak dapat memahami apa yang ia dengar.

Ketika majelis itu selesai dan orang-orang sudah pulang. Datanglah seorang perempuan yang menutup tubuhnya dengan hijab. Saat itu memang tidak ada perempuan kecuali memakai hijab, kemudian, permpuan itu berbicara dengan syekh. Sang pemuda  tidak bisa mendengar apa yang sedang dibicarakannya. Akan tetapi secara tiba-tiba syekh melihat sekelilingnya. Tak tampak olehnya kecuali pemuda itu kemudian ia di panggil dan di Tanya oleh syekh.
" Apakah kamu sudah menikah? "
" Belum, " jawabnya
" Apakah engkau ingin menikah? "
Pemuda itu diam, syekh mengulangi lagi pertanyaannya, akhirnya pemuda itu angkat bicara, " Ya, syekh. Namun demi Allah. Aku tidak punya uang untuk membeli roti. Bagaimana aku akan menikah? "
" Wanita ini datang membawa kabar bahwa suaminya telah meninggal dan ia adalah orang asing di kota ini. Di sini, bahkan di dunia ini, dia tidak punya siapa-siapa kecuali seorang paman yang sudah tua dan miskin", kata syekh itu sambil menunjuk seorang laki-laki yang duduk di pojok.
Syekh itu melanjutkan pembicaraanya, " Jangan khawatir, wanita ini mewarisi rumah suaminya dan hasil penghidupannya. Sekarang, dia ingin seorang laki-laki yang ingin menikahinya, agar di tidak sendirian dan mungkin tidak di ganggu orang. Maukah engjau menikah dengannya?
" Ya! " jawabnya mantap
Kemudian syekh bertnya kepada wanita itu, " Apakakah ia engkau menerimanya sebagai suamimu? "
" Ya! " jawabnya
Maka syekh itu mendatangkan pamannya dan dua saksi, kemudian melangsungkan akad nikah dan mebayar mahar untuk muridnya itu.
Kemudian syekh itu berkata, " penganglah tangan istrimu! " 

Di peganglah tangn istrinya dan sang istri membawanya ke dalam rumah, sang istri membuka kain yang menutupi wajahnya. Tampaklah oleh pemuda itu, bahwa ia adalah seorang wanita yang masih muda dan cantik. Rupany pemuda itu sadar bahwa rumah itu adalah rumah yang tadi ia masuki.
Beberapa saat kemudian, sang istri bertanya, " Suamiku, apakah engkau ingin makan? "
" Ya " jawabnya
Lalu ia membuka tutup panci di dapurnya. Saat melihat sebuah terong di dalamnya, ia berkata, " Heran, siapa yang masuk ke dalam rumah dan memakan terong ini? '
Seketika itu, pemuda tersebut menangis dan menceritakan kisahnya, setelah mendengar cerita suaminya, sang istri berkat dengan bijak, " ini dalah buah dari amanah. Engkau menjaga kehormatanmu dengan meninggalkan terong yang haram itu. Sebagai gantinya. Allah memberikan rumah ini berikut pemiliknya dalam keadaan halal. Barang siapa yang meninggalkan sesuatu dengan ikhlas karena Allah. Maka akan Allah ganti dengan yang lebih baik dari itu. "

sumber : maaf tidak mencantumkan subernya karena saya lupa judul buku yang pernah saya baca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar